SMK 17 BEKERJA SAMA DENGAN PT VULKANIN ADIJAYA


MENUJU GURU CERDAS: Direktur Utama PT Supervulkanin Adijaya, Robinson, (kiri) menyerahkan sertifikat pada Kepala SMK 17 Agustus 1945 Tegaldlimo, Andrias Sutoyo, kemarin (28/3).


TEGALDLIMO-Dalam rangka memberi bekal pada para guru, SMK 17 Agustus 1945 Tegaldlimo bekerja sama dengan PT Supervulkanin Adijaya, Bogor, Jawa Barat, menggelar seminar dan pelatihan bertema menjadi guru cerdas di era global kemarin (28/3).
Kegiatan yang dilaksanakan di aula SMK 17 Agustus 1945 Tegaldlimo, itu diikuti oleh para guru SMP/MTs, SMK/SMA/MA yang ada di Kecamatan Tegaldlimo. Dalam acara ilmiah itu, hadir sebagai narasumber, Direktur Utama PT Supervulkanin Adijaya, Robinson, dan staf pengajar dari Universitas Multimedia Nusantara, Drs. Stiven Madya Sukarto, M.Div, dan Yulius Aris Widiantoro, M.Hum. 

Direktur Utama PT Supervulkanin Adijaya, Robinson, dalam paparannya mengatakan modernitas yang ditandai dengan pengkultusan terhadap ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni (IPTEKS) dan mewabah sejak abad 20, membawa dampak yang cukup signifikan di Indonesia. Perkembangan IPTEKS telah menciptakan suasana yang dramatis, mengapa? Nilai-nilai luhur yang semula dihayati telah menjelma menjadi budaya modern. Budaya yang pada hakikatnya sarat dengan makna berevolusi, menjadi budaya hampa dengan banyaknya tawuran, free sex, narkoba, intoleran, dan sebagainya. “Itu cerminan betapa modernitas merusak generasi bangsa,” katanya.
Sekolah yang mendapat mandat mendidik gerenasi muda, terang dia, sering gagap menyikapi cepatnya perubahan. Sekarang ini, anak-anak lebih menyukai hal-hal palsu yang ditawarkan teknologi melalui berbagai media, seperti nongkrong di warung internet (warnet) lebih nikmat ketimbang duduk dalam suasana belajar yang diskursif. “Bila sekolah dan guru tidak segera menyadari dan menentukan sikap, kita akan kehilangan generasi yang sehat di masa mendatang,” ujarnya.

Menyikapi gelagat generasi muda itu, terang dia, PT Supervulkanin Adijaya bekerjasama dengan SMK 17 Agustus 1945 Tegaldlimo, Banyuwangi, ambil bagian dalam mewujudkan generasi yang sehat melalui program pemberdayaan pendidikan melalui seminar dan pelatihan guru ini. “Ini bertujuan guru bisa menjadi sosok yang cerdas di era global, cerdas menjadi jawaban bagi guru dalam menghadapai tantangan zaman,” ungkapnya.

Robinson menyebut, rusaknya negara kita sekarang ini karena kurang adanya panutan yang baik. Teladan ini mulai sirna sehingga moral dan etika menjadi rendah, dan itu beda dengan zaman dulu yang menjaga masalah etika. “Dulu masih ada toleransi atau gotong royong, sekarang mulai intoleransi dan mau menang sendiri, sehingga nilai kehidupan ini semakin lama semakin rendah,” ungkapnya.

Melalui dunia pendidikan, jelas dia, mari merubah nasib bangsa.  Anak-anak yang masih muda, dididik lebih baik dengan paradikma yang lebih luas, sehingga bisa membangun negara Indonesia lebih baik lagi. “Ini juga cara untuk menghadapi Masyarakat Ekonomi Asian (MEA), kita harus membangun rakyat dengan jalur pendidikan, kita membekali guru supaya mengajar dengan paradigma kekinian,” kata pengusaha yang memiliki perhatian besar di dunia pendidikan itu.
Narasumber lain, Stiven Madya Sukarta, menyampaikan cerdas itu berosientasi pada tiga hal, pertama cerdik, yang berarti kemampuan guru dalam menginspirasi pengetahuan kepada peserta didik; kedua antusias, kemahiran guru dalam menggerakan dan memotivasi peserta didik menjalankan tugas; dan ketiga seksi. Pengertian seksi bukan lagi dipahami genital, melainkan lebih kepada kemampuan guru dalam memberikan teladan hidup yang baik dan benar. Dengan begitu seluruh kehidupan guru menjadi prototype bagi peserta didik.

Pengertian itu, terang dia, sejalan dengan akronim guru digugu lan ditiru (didengar dan diteladani). Ada panggilan yang mulia dalam profesi seorang guru. Guru dengan keterbatasan penghasilan tapi dituntut pengabdian total oleh institusi yang menaunginya, dan dituntut oleh para wali murid yang cenderung tidak masuk akal. “Tangung jawab yang berat, tetapi itu bukan alasan bagi para guru untuk tidak meningkatkan kualitas diri melalui program-program pelatihan supaya tidak tergilas dengan roda zaman yang bergerak tanpa henti,” cetusnya.

Yulius Aris Widiantoro dalam paparannya menyampaikan, harus ada yang dilakukan untuk menyelamatkan peradapan, khususnya Indonesia. “Pendidikan itu aset besar yang digadang-gadang sebagai agen perubahan, tapi sering kurang mendapat perhatian serius dari pemerintah. Langkah PT Supervulkanin Adijaya yang concern dalam dunia pendidikan ini sangat bagus dan layak didukung demi peningkatan kualitas pendidikan dengan sasaran para guru,” ungkapnya. 

Kepala SMK 17 Agustus 1945, Tegaldlimo, Drs. Andrias Sutoyo, dalam acara itu menyampaikan terima kasih kepada tim PT Supervulkanin Adijaya yang telah mempercayai sekolahnya untuk menggelar acara ini. “Saya berharap acara seperti ini bisa ditindak lanjuti, sehingga teman-teman yang ikut seminar akan lebih percaya kepada dirinya sendiri dan percaya pada siswanya. Guru sekarang harus menjadi guru yang pintar, guru pintar muridnya pun harus bisa pintar,” ungkapnya.(abi)

dikutip dari radar banyuwangi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

MY MAP